Selasa, 26 Mei 2009

"WATCHING TV",acaranya mendidik pa gak ya...???

Peran media dalam pendidikan budi pekerti adalah pekerjaan yang sangat mulia, seiring perkembangan jaman,kehadiran media sebagai sarana yang mampu membangun peradaban umat manusia.

Ketika globalisasi memasuki semua segi kehidupan,media,ekonomi,politik,bahkan sistem pemikiran,yang membawa implikasi terhadap makin terbukanya masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.

Perkembangan media yang begitu pesat terutama televisi atau media audio visual lainnya,membuahkan pekerjaan rumah yang rumit pula,persaingan antar kaum kapitalis tak jarang mengesampingkan nilai-nilai budi pekerti, demi sebuah “rating”,yang menjadi kiblat para kapitalis media.

Tuntutan kaum-kaum intelektual negeri seperti tak pernah di abaikan bahkan mereka berdalih dan memutar balikkan hukum sebagai dasar yang kuat,sebagai pegangan yang membuat leluasa ide-ide tak medidik menggrogoti moral bangsa.

Tak banyak yang selektif dalam menilai sajian sebuah media,dan tak banyak pula yang peduli dengan pengaruh-pengaruh yang meresapi secara perlahan mengubah kepribadian,watak,akal dan pikiran generasi bangsa ini.

Beberapa tayangan televisi yang sedang trend di gandrungi saat ini,diantaranya:temehek-mehek (transtv),orang ke 3,cinta lokasi,kontak jodoh(sctv),hubungan tanpa status,mata-mata,bukan empat mata,sergap,buser,patroli,bahkan infotainment yang menginspirasi seseorang menjadi berprasangka,menduga-duga,

Padahal telah diatur UU jam tayang ,sehingga tak berdampak buruk bagi perkembangan anak-anak khususnya,penelitian terakhir menemukan setiap anak didesa bahkan dikota sekalipun mampu mengkonsumsi televise 5-6 jam sehari,termasuk kategori heavy viewer menurut standar amerika.

Anak-anak dengan mudahnya bertindak keras,cabulpencurian,pemerkosaan,bunuh diri,dan segala macam bentuk tindakan tidak beradab lainnya.

Jadi media audivisual(tv) ternyata benar—benar telah menjadi situs penggelendangan pikiran anak-anak khususnya,menjadi medium ekspresi berwisata pikiran dan emosi sekaligus sarana memuaskan spiritualitas mereka.

Memang,media sekarang berada dalam situasi budaya yang berbeda dari sebelumnya,acar tetap eksis,media lebih memilih berwajah ganda.

Di satu sisi ia bermuka sebagai institusi budaya dan disisi lain sebagai intitusi ekonomi.sebagai institusi budaya,media berarti tetap menjalankan kewajibannya mendidik warga dalam kerangka membentuk peradaban kea rah yang lebih baik.

Sementara sebagai institusi ekonomi berarti media berusaha mendapatkan keuntungan dari sejumlah investasi.

Pilihan berwajah ganda itu adalah suatu keharusan dalam alam global-industrial,media berada dalam tarik menarik tiga entitas:Negara,pasar,dan civilsociety.

Terhadap tarik-menarik itu,haluan media kemudian terbelah menjadi tiga,yakni ada media yang berhaluan liberalis klasik,liberalis modern, dan jalan tengah.

giestealth/2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar